Laman

Selasa, 29 Maret 2011

Inilah 10 Pemain Italia Paling Kontroversial

Disingkirkannya Mario Balotelli oleh pelatih tim nasional Italia, Cesare Prandelli, karena disiplin striker keturunan Ghana itu yang buruk, membuat Carlo Garganese dari Goal.com menghadirkan 10 pemain Italia paling kontroversial sepanjang masa.

10. Giorgio Chinaglia

Chinaglia adalah pemain besar dalam sejarah kota Roma, di mana ia membuat berita mengenai Paus dipindahkan ke halaman tiga dalam surat kabar lokal. Striker itu mencetak 98 gol bagi Lazio antara tahun 1969 dan 1976, dan menjadi penentu saat meraih Scudetto 1974 dengan 24 gol dan memenangkan mahkota Capoacannoniere.

Chinaglia, pemain yang buas di lini depan,  juga merupakan karakter kontroversial yang akhirnya mempengaruhi kariernya bersama tim nasional Italia. Saat pertandingan Piala Dunia dengan Haiti, Chinaglia diganti dan dikutuk oleh pelatih Ferruccio Valcareggi. Ia kemudian ke ruang ganti dan menghancurkan delapan botol air mineral. Aksinya itu menjadi penyebab berakhirnya karier internasionalnya bersama Gli Azzurri dengan hanya tampil 14 kali dan menciptakan empat gol. Ia kemudian hijrah ke Amerika Serikat dan bermain untuk New York Cosmos, di mana masalah terus berlanjut, termasuk disingkirkan oleh rekan setimnya, Pele.


9. Christian Vieri

Seorang pemain yang berkarakter sensitif, baik di dalam maupun luar lapangan. Pada masa jayanya saat pergantian milenium baru, Vieri menjadi striker terbaik di dunia, sebelum akhirnya jatuh setelah Euro 2004. Pemain yang baru saja pensiun ini mengalami hubungan yang tidak menyenangkan dengan wartawan selama kariernya. Jarang memberikan wawancara dan pernah sekali mengatakan pada media bahwa ia "lebih dari seorang manusia dibandingkan dengan kalian semua saat bersama".

Vieri juga meminta keluar dari Inter, menolak merayakan gol, sebelum akhirnya proses hukum terhadap mantan klubnya dilakukan setelah mereka secara ilegal memata-matai dirinya sebagai bagian dari penyelidikan Calciopoli. Kehidupan cinta Vieri juga kacau, mekipun ia berhasil menggaet hampir semua wanita dari dunia showbiz di Italia, termasuk Elisabetta Canalis dan Mellisa Satta.


8. Francesco Flachi

Salah satu dari banyak penyerang berbakat di daftar ini yang tidak bisa mengendalikan kejahatannya di luar lapangan. Tahun 2006, Flachi dilarang bermain selama dua bulan karena perjudian ilegal yang dilakukannya. Setelah itu ia menerima hukuman selama dua tahun menyusul penggunaan kokain.

Setelah kembali pada 2009, tidak butuh waktu lama bagi Flachi untuk kembali tertangkap pada bulan Desember di tahun yang sama. Ia dinyatakan positif menggunakan kokain lagi. Kali ini ia dihukum 12 tahun yang membuat kariernya tamat, kecuali ia merencanakan untuk melanjutkan karier sepak bola pada usia 47 tahun.


7. Pasquale Bruno

Pemain paling terkenal setelah Claudio Gentile pensiun. Bruno disapa "The Animal" karena gaya bertahannya yang tanpa kompromi. Mantan pemain Juventus, Torino, dan Lecce itu pernah sekali dihukum tidak boleh bermain selama delapan pertandingan setelah secara fisik menyerang wasit dan semua rekan-rekannya yang mecoba campur tangan. Bruno mampu melakukan banyak tackle berbahaya dan menerima banyak kartu selama kariernya. Ia menjadi terkenal saat bermain di tim Skotlandia, Hearts, khususnya setelah mencekik pemain cadangan Hibernian usai menendang pemain lawan pada ginjalnya.

Bruno terus melakukan pendekatan yang tidak banyak omong setelah pensiun dengan beberapa komentar yang kemudian diperdebatkan oleh pers. Ia baru saja menyerang para pemain sepak bola yang hanya peduli pada anting, tato, klub malam, dan belanja. Ia juga mengatakan bahwa jika ia masih bermain saat ini, ia akan memberi pelajaran pada Zlatan Ibrahimovic.


6. Omar Sivori

Sivori akan dikenang sebagai salah satu pemain terhebat yang pernah dimiliki Juventus dan Seri A. Namun, ia juga salah satu pemain dengan kepala yang panas. Pemain terbaik Eropa 1961 itu 10 kali dikeluarkan dari pertandingan dalam kurun waktu 7 tahun saat bermain bersama Juve. Ia juga sering terlibat keributan dengan lawan dan wasit. Pergerakan favoritnya adalah menanduk kepala, yang ia gunakan untuk menghina para pemain bertahan.

Maradona tahun 60'an itu meninggalkan Bianconeri pada 1965 setelah disingkirkan oleh pelatih Heriberto Herrera. Dan pada pertandingan terakhir dalam kariernya bersama Napoli, di mana ia juga sering dihukum tidak boleh bermain, ia dihukum enam pertandingan karena kekerasan yang dilakukannya dengan menendang Erminio Favalli saat mengahadapi bekas timnya, Juventus.


5. Marco Materazzi

Salah satu pemain yang paling tidak disukai dan tidak bisa dimengerti di planet ini. Materazzi dianggap sebagai pemain tidak berbakat yang kasar selama kariernya sebelum 2006. Drama yang dilakukannya, ekspresi wajah yang menyebalkan, dan belum lagi tackle keras dan menyikut pemain saat duel udara, membuatnya menjadi musuh bagi setiap pemain.

Namun, pada musim panas 2006, Materazzi mendapatkan tiga minggu terbaik dalam hidupnya. Ia tampil cemerlang sebagai pengganti Alessandro Nesta yang cedera saat Italia memenangkan Piala Dunia. Bahkan lebih dari itu, aksi heroiknya menciptakan gol penyeimbang dan mencetak gol saat drama adu penalti di final, berhasil menutupi keterlibatannya saat Zinedine Zidane dikeluarkan karena kartu merah.

Zizou dalam pertandingan terakhirnya itu dikartu merah saat perpanjangan waktu karena menanduk 'Matrix' setelah adanya penghinaan keluarga yang keluar dari mulit Materazzi. Karena catatan masa lalunya, Materazzi dicap sebagai penjahat dan dihukum tidak boleh memainkan dua pertandingan oleh FIFA. Baru-baru ini, mantan pemain bertahan Everton ini menggunakan topeng Silvio Berlusconi untuk merayakan kemenangan Inter dalam derby menghadapi Milan. Sementara itu, ia juga terlibat adu mulut dengan pemain Bayern Muenchen, Bastian Schweinsteiger, usai pertandingan di Liga Champion.


4. Mario Balotelli

Meskipun baru berusia 20 tahun, striker kelahiran Sisilia keturunan Ghana itu berselisih dengan hampir semua rekan setimnya, lawan, pelatih, suporter, dan petugas pertandingan ketika masih bermain bersama Inter. Banyak komentar kontroversial Balotelli, termasuk saat ia menyebut dirinya seorang 'warga kelas dua', menyebut Cristiano Ronaldo sebagai 'seseorang yang tidak bisa dimengerti', membuka pengakuan secara terbuka bahwa ia mendukung Milan ketika bermain di Inter, mengaku tidak ingin bergabung dengan Manchester City pada hari ia tiba di Eastland, dan mengklaim ia tidak pernah mendengar tentang pemain muda Arsenal yang sensasional, Jack Wilshere.

'Super Mario' berkali-kali didepak dari skuad Inter oleh pelatihnya saat itu, Jose Mourinho. Dan penyerang itu bahkan mengatakan akan meninggalkan San Siro setelah kelakuannya melempar kostum Inter ke tanah usai pertandingan leg pertama semifinal Liga Champion musim lalu, di mana saat itu Inter menang 3-1 atas Barcelona. Sejak bergabung dengan Manchester City, Balotelli sudah dua kali dikeluarkan dari lapangan, yang terbaru adalah karena tendangan karate yang mengarah ke dada lawan yang kemudian membuatnya disingkirkan dari tim nasional Italia.


3. Paolo Di Canio

Salah satu pemain terbaik Italia yang tidak pernah bermain untuk tim nasional Italia, bersama dengan pemain seperti Evaristo Beccalossi dan Agostino Di Bartolomei. Tidak diragukan lagi bahwa temperamen panas Di Canio membuatnya kehilangan kesempatan untuk mengenakan jersey Azzurri.

Di Canio dijual oleh Juventus setelah bertengkar dengan pelatih Giovanni Trapattoni. Sementara saat-saat bermain bersama Sheffield Wednesday dirusak oleh salah satu momen paling terkenal dalam sejarah sepak bola Inggris, yaitu ketika ia mendorong wasit Paul Alcock hingga terjatuh ke tanah setelah ia dikartu merah saat menghadapi Arsenal.

Hal tersebut membuatnya dihukum tidak boleh bermain selama 11 pertandingan. Sebelum itu, ia juga berkelahi dengan manajer Ron Atkinson dan Danny Wilson. Di Canio menjadi legenda di West Ham, tetapi berita utama setelah ia kembali ke Lazio membuatnya menjadi orang Roma yang dihormati oleh Ultras.


2. Claudio Gentile

Salah satu bek paling kejam dan terkasar yang pernah ada di lapangan hijau. Para striker harus merelakan kakinya ketika menghadapi Gentile. Bek ini terkenal sebagai pemain yang dengan keras menjaga Diego Maradona hingga harus keluar dari pertandingan saat Piala Dunia 1982. Selain itu ia juga merobek baju yang dikenakan pemain Brasil, Zico, di kompetisi yang sama. Bahkan pahlawan Argentina di Piala Dunia 1978, Mario Kempes, berkomentar mengenai Gentile, "Jika Anda pergi ke toilet, Gentile akan mengikutimu ke sana."

Gentile memenangkan enam Scudetto bersama Juventus dan menjadi pahlawan bagi para pendukung Bianconeri. Bahkan dalam sebuah cerita ketika striker Inggris, Kevin Keegan mejadi pemain terbaik Eropa, Gentile membuat Keegan tersandung ketika berjalan menuju podium. Gentile kemudian diketahui berbisik di telinga Keegan, "Anda tidak akan memenangkan penghargaan itu jika saya menjagamu."

Seorang intimidator terkenal, Gentile sering melakukan tackle berbahaya dari belakang. Selain itu, trik lainnya adalah mencengkramkan kukunya pada tangan lawan ketika membantu mereka bangun, di mana hal itu tidak terlihat oleh wasit. Italia belum menghasilkan pemain bertahan seperti Gentile lagi hingga saat ini.


1. Antonio Cassano

Lahir sehari setelah Italia memenangkan Piala Dunia 1982, pemain berjuluk 'El Pibe de Bari' itu dipuji sebagai pemain paling berbakat pada generasinya. Namanya meledak saat masih berusia 17 tahun dengan gol indah yang ia cetak untuk Bari ketika menghadapi Inter. Namun, ia tidak pernah benar-benar mencapai potensi terbaik yang diberikan Tuhan karena kepribadiannya yang meledak-ledak.

Kontroversi yang dibuat Cassano dalam 10 tahun terakhir ada dalam otobiografinya yang berjudul 'Vi Dico Tutto' (Saya akan katakan segalanya padamu). Antonio membicarakan mengenai semua pelatih yang pernah membuangnya, seperti Luciano Spalleti, di mana ia mengatakan, "Anda tidak melatih pemain tidak berguna yang Anda miliki saat di Udinese, ini bukan rumah Anda, itu rumah saya." Lalu kepada Fabio Capello, dalam catatannya tertulis, "Di Tarragona ia membuat saya dan Ronaldo melakukan pemanasan di sepanjang babak kedua tanpa memainkan kami. Lalu di ruang ganti saya katakan padanya, 'Anda lebih palsu daripada uang monopoli.' Dan kepada Luigi Delneri, Cassano mengatakan, "saya tidak pernah mengerti apa yang ia bicarakan."

Cassano juga menceritakan bagaimana ia bisa tidur dengan sekitar 600 hingga 700 wanita saat berusia 25 tahun. Dan ketika bermain di Real Madrid, ia membayar pelayan muda untuk membawakannya kue setelah melakukan penyelundupan seorang gadis ke kamar hotel sebelum pertandingan. Cassano dihukum larangan lima pertandingan pada 2008 setelah ia melempar bajunya pada wasit. Selain itu, ada berita yang mengatakan ia memukul putra Marcello Lippi, Davide, di sebuah klub malam, yang membuatnya tersingkir dari skuad Piala Dunia 2010. Baru-baru ini ia dijual ke Milan setelah menghina Presiden Sampdoria, Riccardo Garrone.

(bolanews.com)

Senin, 14 Maret 2011

yang akan kulakukan

aku harus pergi dari suatu tempat
karena kebudayaan yang tidak cocok denganku


yaa, seperti itulah, karena memang harus seperti itu =D

Rabu, 23 Februari 2011

Biagrafi Gian Lorenzo Bernini

Gian Lorenzo Bernini


Gian Lorenzo Bernini (also spelled Gianlorenzo or Giovanni Lorenzo) (Naples, 7 December 1598 – Rome, 28 November 1680) was an Italian artist who worked principally in Rome. He was the leading sculptor of his age and also a prominent architect. In addition he painted, wrote plays, and designed metalwork and stage sets.
A student of Classical sculpture, Bernini possessed the unique ability to capture, in marble, the essence of a narrative moment with a dramatic naturalistic realism which was almost shocking. This ensured that he effectively became the successor of Michelangelo, far outshining other sculptors of his generation, including his rival, Alessandro Algardi. His talent extended beyond the confines of his sculpture to consideration of the setting in which it would be situated; his ability to be able to synthesise sculpture, painting and architecture into a coherent conceptual and visual whole has been termed by the art historian, Irving Lavin, the ‘unity of the visual arts’.[1] A deeply religious man, working in Counter Reformation Rome, Bernini used light as an important metaphorical device in the perception of his religious settings; often it was hidden light sources that could intensify the focus of religious worship,[2] or enhance the dramatic moment of a sculptural narrative.
Bernini was also a leading figure in the emergence of Roman Baroque architecture along with his contemporaries, the architect, Francesco Borromini and the painter and architect, Pietro da Cortona. Early in their careers they had all worked at the same time at the Palazzo Barberini, initially under Carlo Maderno and on his death, under Bernini. Later on, however, they were in competition for commissions and fierce rivalries developed, particularly between Bernini and Borromini.[3] Despite the arguably greater architectural inventiveness of Borromini and Cortona, Bernini’s artistic pre-eminence, particularly during the reigns of popes Urban VIII (1623–44) and Alexander VII (1655–1665), meant he was able to secure the most important commission in Rome of the day, St. Peter's Basilica. His design of the Piazza San Pietro in front of the Basilica is one of his most innovative and successful architectural designs.
During his long career, Bernini received many important commissions, many associated with the papacy. At an early age, he came to the attention of the papal nephew, Cardinal Scipione Borghese, and in 1621, at the age of only twenty three, he was knighted by Pope Gregory XV. Following his accession to the papacy, Urban VIII is reported to have said, "Your luck is great to see Cardinal Maffeo Barberini Pope, Cavaliere; but ours is much greater to have Cavalier Bernini alive in our pontificate".[4] Although he did not fare so well during the reign of Innocent X, under Alexander VII, he once again regained pre-eminent artistic domination and continued to be held in high regard by Clement IX.
Bernini and other artists fell from favour in later neoclassical criticism of the Baroque. It is only from the late nineteenth century that art historical scholarship, in seeking an understanding of artistic output in the cultural context in which it was produced, has come to recognise Bernini’s achievements and restore his artistic reputation.
from wikipedia.org

Selasa, 22 Februari 2011

Biografi Michelangelo

Michelangelo

Portrait of Michelangelo by Jacopino del Conte (after 1535) at the age of 60
Birth name Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni
Born 6 March 1475(1475-03-06)
near Arezzo, Caprese, Tuscany
Died 18 February 1564(1564-02-18) (aged 88)
Rome, Italy
Nationality Italian
Field sculpture, painting, architecture, and poetry
Training Apprentice to Domenico Ghirlandaio [1]
Movement High Renaissance
Works David, The Creation of Adam, Pietà

Portrait of Michelangelo Buonarroti at 72 by Giulio Bonasone, 1546

Early life

Michelangelo was born on 6 March 1475[a] in Caprese near Arezzo, Tuscany.[4] (Today, Caprese is known as Caprese Michelangelo). For several generations, his family had been small-scale bankers in Florence, but his father, Lodovico di Leonardo di Buonarroti di Simoni, failed to maintain the bank's financial status, and held occasional government positions.[2] At the time of Michelangelo's birth, his father was the Judicial administrator of the small town of Caprese and local administrator of Chiusi. Michelangelo's mother was Francesca di Neri del Miniato di Siena.[5] The Buonarrotis claimed to descend from the Countess Mathilde of Canossa; this claim remains unproven, but Michelangelo himself believed it.[6] Several months after Michelangelo's birth, the family returned to Florence, where Michelangelo was raised. At later times, during the prolonged illness and after the death of his mother in 1481 when he was just six years old, Michelangelo lived with a stonecutter and his wife and family in the town of Settignano, where his father owned a marble quarry and a small farm.[5] Giorgio Vasari quotes Michelangelo as saying, "If there is some good in me, it is because I was born in the subtle atmosphere of your country of Arezzo. Along with the milk of my nurse I received the knack of handling chisel and hammer, with which I make my figures."[4]
Michelangelo's father sent him to study grammar with the Humanist Francesco da Urbino in Florence as a young boy.[4][7][b] The young artist, however, showed no interest in his schooling, preferring to copy paintings from churches and seek the company of painters.[7] At thirteen, Michelangelo was apprenticed to the painter Domenico Ghirlandaio.[1][8] When Michelangelo was only fourteen, his father persuaded Ghirlandaio to pay his apprentice as an artist, which was highly unusual at the time.[9] When in 1489 Lorenzo de' Medici, de facto ruler of Florence, asked Ghirlandaio for his two best pupils, Ghirlandaio sent Michelangelo and Francesco Granacci.[10] From 1490 to 1492, Michelangelo attended the Humanist academy which the Medici had founded along Neo Platonic lines. Michelangelo studied sculpture under Bertoldo di Giovanni. At the academy, both Michelangelo's outlook and his art were subject to the influence of many of the most prominent philosophers and writers of the day including Marsilio Ficino, Pico della Mirandola and Angelo Poliziano.[11] At this time, Michelangelo sculpted the reliefs Madonna of the Steps (1490–1492) and Battle of the Centaurs (1491–1492). The latter was based on a theme suggested by Poliziano and was commissioned by Lorenzo de Medici.[12] While both were apprenticed to Bertoldo di Giovanni, Pietro Torrigiano struck the 17 year old on the nose, and thus caused that disfigurement which is so conspicuous in all the portraits of Michelangelo.[13]

Early adulthood

Lorenzo de' Medici's death on 8 April 1492 brought a reversal of Michelangelo's circumstances.[14] Michelangelo left the security of the Medici court and returned to his father's house. In the following months he carved a wooden crucifix (1493), as a gift to the prior of the Florentine church of Santo Spirito, who had permitted him some studies of anatomy on the corpses of the church's hospital.[15] Between 1493 and 1494 he bought a block of marble for a larger than life statue of Hercules, which was sent to France and subsequently disappeared sometime circa 18th century.[12][c] On 20 January 1494, after heavy snowfalls, Lorenzo's heir, Piero de Medici commissioned a snow statue, and Michelangelo again entered the court of the Medici.
In the same year, the Medici were expelled from Florence as the result of the rise of Savonarola. Michelangelo left the city before the end of the political upheaval, moving to Venice and then to Bologna.[14] In Bologna, he was commissioned to finish the carving of the last small figures of the Shrine of St. Dominic, in the church dedicated to that saint. Towards the end 1494, the political situation in Florence was calmer. The city, previously under threat from the French, was no longer in danger as Charles VIII had suffered defeats. Michelangelo returned to Florence but received no commissions from the new city government under Savonarola. He returned to the employment of the Medici.[16] During the half year he spent in Florence he worked on two small statues, a child St. John the Baptist and a sleeping Cupid. According to Condivi, Lorenzo di Pierfrancesco de' Medici, for whom Michelangelo had sculpted St. John the Baptist, asked that Michelangelo "fix it so that it looked as if it had been buried" so he could "send it to Rome…pass [it off as] an ancient work and…sell it much better." Both Lorenzo and Michelangelo were unwittingly cheated out of the real value of the piece by a middleman. Cardinal Raffaele Riario, to whom Lorenzo had sold it, discovered that it was a fraud, but was so impressed by the quality of the sculpture that he invited the artist to Rome.[17] [d] This apparent success in selling his sculpture abroad as well as the conservative Florentine situation may have encouraged Michelangelo to accept the prelate's invitation.[16]
Michelangelo's Pietà, a depiction of the body of Jesus on the lap of his mother Mary after the Crucifixion, was carved in 1499, when the sculptor was 24 years old.

Rome

Michelangelo arrived in Rome 25 June 1496[18] at the age of 21. On 4 July of the same year, he began work on a commission for Cardinal Raffaele Riario, an over-life-size statue of the Roman wine god, Bacchus. However, upon completion, the work was rejected by the cardinal, and subsequently entered the collection of the banker Jacopo Galli, for his garden.
In November of 1497, the French ambassador in the Holy See commissioned one of his most famous works, the Pietà and the contract was agreed upon in August of the following year. The contemporary opinion about this work — "a revelation of all the potentialities and force of the art of sculpture" — was summarized by Vasari: "It is certainly a miracle that a formless block of stone could ever have been reduced to a perfection that nature is scarcely able to create in the flesh."
In Rome, Michelangelo lived near the church of Santa Maria di Loreto. Here, according to the legend, he fell in love with Vittoria Colonna, marchioness of Pescara and a poet.[citation needed] His house was demolished in 1874, and the remaining architectural elements saved by the new proprietors were destroyed in 1930. Today a modern reconstruction of Michelangelo's house can be seen on the Gianicolo hill. It is also during this period that skeptics allege Michelangelo executed the sculpture Laocoön and His Sons which resides in the Vatican.[19]

(wikipedia.org)

Minggu, 20 Februari 2011

Biografi Galileo Galilei

Galileo Galilei dilahirkan di Pisa, Tuscany pada tanggal 15 Februari 1564 sebagai anak pertama dari Vincenzo Galilei, seorang matematikawan dan musisi asal Florence, dan Giulia Ammannati. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar di Universitas Pisa namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia ditawari jabatan di sana pada tahun 1589 untuk mengajar matematika. Setelah itu, ia pindah ke Universitas Padua untuk mengajar geometri, mekanika, dan astronomi sampai tahun 1610. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami sains dan membuat berbagai penemuan.

Pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei untuk mengamati bintik matahari. Di tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori Nicolaus Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo. Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.

Galileo menulis Saggiatore di tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal. Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632. Namun, di tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.

Di bulan Desember 1633, ia diperbolehkan pensiun ke vilanya di Arcetri. Buku terakhirnya, Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal 8 Januari 1642, Galileo wafat di Arcetri saat ditemani oleh Vincenzo Viviani, salah seorang muridnya.
(wikipedia.org)

Jumat, 18 Februari 2011

Lirik Lagu

 Makna Cinta
Saat kecilku pernah bertanya
T’ntang arti cinta pada bunda
Bunda pun menjawab cinta adalah
Kasih sayang induk dan anaknya

Saat kumulai b’ranjak dewasa
Pada sahabatku pun bertanya
Dia pun menjawab cinta adalah
Cinta adalah kasih sayang dua insan manusia

Reff: Mereka yang mampu menjawab
Makna cinta yang selalu kutanyakan
Mereka yang terj’rat rasa cinta
Banyak mngandalkan cahya suka dan duka

Ku terus mencoba tuk bertanya
Walau kiniku terjerat cinta
Pinta terjawab dengan kata
Mungkin cinta hanya tuk dirasa

Repeat Reff

Suka duka akan mewarnai cinta
Yang menyatukan dua insan berbeda
Mungkin takkan kutemukan makna cinta
Sebelum kumenjalaninya



 Lirik Lagu Bram Makna Cinta

Makna

Diagramma della Verita : Diagram kebenaran dari Galileo